Selasa, 28 Juni 2011

Insiden Coreldraw

senin, 26 juni 2011

Insiden Coreldraw

hari ini aku bangun kesiangan lagi,,,tapi yeaaahhhh,,,,emang dasar sifatku kayak gini sih,,,,hoho
siangnya aku kekampus buat minta tolong bantuin buat design iklan mata kuliahnya pak fajar al-quran,,,,berangkat naek sepeda,,,gowes-gowes...
padahal ya, janjiannya tuh udah dari jam 10 siang,,hehehe,,tapi dasar ndableg,,,aku berangkat tuh jam 12.30,,,,dasarrrr!!!
oke,,,sampai dikampus,banyak anak2 ikom b...disodain tuh,,,huhhh,,,ngajak perang mereka???!!!
jeglog,saya duduk membuka lepi,dan browsing gambar2 buat konsep ku,,,
ada bumi, banyak balon, lagit biru, dan sekumpulan manusia,,,,,hohoho,,,akhirnya jadi juga konsep iklan ku "God Loves All People"
Tuhan itu satu buat semua umat manusia,,,hanya tergantung keyakinan manusianya masing-masing...
tapi,,,upssss,,,uda bagus iklan sudah jadi,,,ternyata gak bisa ke save,,,mampuss saya,,,!! udah kehabisan akal tuh waktu itu,,,bener2 corelku error,,,akhirnya di hibernet biar kalo dimatiin kagak ilang gambarnya,,,,
langsung meluncur dech ke percetakan,,, dan ternyata disana,,,karena lupa dicolokkin dan karena batere saya yang juga emang udah ngedropan,,,pettttt! mati dah tuh lepi,,,
ohhh,,,,tidaaaakkkk!!! gambarku ternyata hilang seketika,,,,mampusssss saya,,,,,
satu2nya cara yaitu dengan mendesainnya lagi,,,untung,,,untung,,,puing2 gambarnya masih ada di file lain,,jadi tinggal disambung2in lagi,,,,thanks oh my God!!!
tarrraaaaaapppp,,,desain iklannya udah jadi lagi,,,yeahhh meski gak kayak yang tadi, tapi kurang lebihnya mirip laaaahhhh......hoaraiiiii,,,horaiiiii....saya senang.....

Rabu, 15 Juni 2011

Explain to Campaign "Let's Study in Jogja"

Yogyakarta. Acara Gathering Airbrand Marketing Communication

Community telah dilaksanakan pada Selasa (14/06) pukul 16.00-20.00

WIB di Campus View Cafe, Jl. Babarsari. Diadakan perubahan formasi

Agency, yaitu adanya perampingan anggota, terkait dengan adanya

campaign "Let's Study in Jogja".

Airbrand sendiri telah memberikan otoritas kepada masing-masing

ketua untuk menentukan keanggotaan, yaitu anggota aktif dan anggota

pasif, dengan syarat minimal agency yang berhak mengikuti campaign

beranggotakan lima orang. Kebijakkan dari Airbrand yaitu memberikan

pilihan kepada Agency yang mengalami krisis untuk lepas dari

Agency-nya dan bergabung dengan Agency lain yang masih utuh atau

ber-merger dengan Agency lain yang sama-sama mengalami krisis dalam

keanggotaan. Sembilan dari kedua belas Agency yang hadir pada malam

itu saling berunding untuk mempertahankan Agency dan keanggotaannya.

Rizal Kasim menjelaskan brief campaign "Let's Study in Jogja" yang

intinya mengajak anak-anak SMA yang baru lulus untuk kuliah di

Jogja. Disediakan hadiah sebesar satu juta rupiah bagi Agency yang

menang dalam adu konsep campaign ini. waktu yang diberikan untuk

membuat konsep adalah tiga minggu, dan waktu revisi lagsung pada

minggu ketiga pengumpulan karya. Hanya tiga finalis Agency terbaik

yang terpilih untuk melanjutkan campaign.

Tujuh Agency yang berhak mengikuti campaign ini (setelah melalui

musyawarah). Ketujuh Agency itu adalah Kotakbiru, Bunglon, X-ants

Selawe, Patung Lele, Sekreng, Sarang laba, dan Jerami Agency.

Semangat bagi para Agency! Ayo mulai berkarya dan tunjukkan

kreativitasmu!!

Seru-seruan Menggarap Tugas! Berdebat tentang Ide dan Kreativitas! Saatnya Berkarya_^

Let's Study In Jogja

Background

Nama Jogja sebagai kota pelajar semakin lama semakin pudar. Bencana alam, dan juga image kota dugem menjadi kata yang saat ini banyak terdengar untuk menggambarkan Jogja. Jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama bukan mustahil istilah kota pelajar berpindah ke kota lain.

Ada banyak hal sebagai bentuk keistimewaan sebagai “kota pelajar’ yag belum dieksplore dan dikenalkan secara langsung kepada TA yang tersebar di seluruh Indonesia. Kampanye untuk mengenalkan betapa “asyiknya” Jogja sebagai kota pelajar kepada masyarakat Indonesia merupakan salah satu cara untuk membuat Jogja menjadi kota idaman bagi siapapun yang ingin kuliah.

Objectives

- Membuat Jogja sangat-sangat populer sebagai kota terbaik untuk belajar. Jogja Adalah KOTA PELAJAR yang sesungguhnya

Audience

- Primer: Anak SMA yang baru saja lulus

- Sekunder: SMA kelas 3 saat ini.

Agency task

- Membuat strategi komunikasi untuk menciptakan WOM “saya ingin kuliah Di jogja “

Tonality

- Unik dan different.

- Local but universal

Mandatory

Letakkan alamat Web : www.JogjaEdu.Info. Dalam setiap iklan yang Anda buat sebagai link untuk mencari informasi tentang Jogja .

Deadline

4 weeks

Penilaian

Integrated Strategy 40%

The Idea 40%

Eksekusi 20%

Sistem Penjurian

1. Dari seluruh agency akan diambil 3 agency untuk masuk dalam final (fiksasi konsep)

2. Fikasi konsep diberikan waktu 1 minggu

3. Agency dengan konsep terbaik berhak mendapatkan hadiah Uang Tunai Rp.1.000.000.

4. Konsep terbaik akan digunakan secara bersama-sama oleh seluruh agency untuk mengkampanyekan lets Study In Jogja

info lengkap. klik
www.airbrandindonesia.blogspot.com

Senin, 13 Juni 2011

Info Lomba Nulis

Lomba Menulis Cerpen Remaja (LMCR) 2011. Hadiah Total Rp 95 Juta!
Posted on 17 Mei 2011 by Widya Wicaksana

Lomba Menulis Cerpen Remaja (LMCR) 2011. Hadiah Total Rp 95 Juta! Jasa Website Instant @ http://www.JawaraShop.com

SYARAT LOMBA

1. Lomba ini terbuka untuk semua kalangan dari seluruh Indonesia atau mereka yang sedang studi/bertugas di luar negeri
* Kategori A : Pelajar SLTP
* Kategori B : Pelajar SLTA
* Kategori C : Mahasiswa/Guru/Umum
2. Lomba dibuka 21 April 2011 dan ditutup 21 September 2011 (stempel pos)
3. Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek serta aneka rona kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, kekecewaan, harapan, kegagalan, cita-cita, persahabatan, pengalaman unik, petulangan maupun perjuangan hidup)
4. Judul bebas, tetapi mengacu pada tema Butir 3
5. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul.
6. Judul boleh menggunakan bahasa asing
7. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar dan indah (literer). Bahasa daerah, bahasa prokem, bahasa gaul dan bahasa asing boleh digunakan untuk dialog (bukan narasi)
8. Naskah yang dilombakan harus asli, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan

Jual HDY Baby Bag @ http://TasBayi.JawaraShop.com

KETENTUAN NASKAH

1. Ditulis di atas kertas ukuran kuarto atau A-4, ditik berjarak spasi 1,5 spasi, huruf 12 font Times New Roman, margin kiri-kanan rata maksimal 3Cm
2. Panjang naskah 6 (enam) – 10 (sepuluh) halaman, diprint 3 (tiga) rangkap (copy) disertai file dalam CD
3. Naskah disertai sinopsis, biodata singkat pengarang dan foto dalam pose bebas ukuran postcard.
4. Lampiran lainnya: Fotocopy KTP/SIM atau Kartu Pelajar/Mahasiswa dan Kartu Keluarga (pilih salah satu)
5. Setiap judul naskah yang dilombakan wajib dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis atau saja atau segel SELSUN jenis apa saja
6. Naskah yang dilombakan beserta lampirannya dimasukkan ke dalam amplop tertutup, cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2011 sesuai dengan kategorinya pada bagian kanan atas amplop

Jasa Website Instant @ http://www.JawaraShop.com

ALAMAT PANITIA

Naskah dan persyaratan dikirim ke alamat:

Panitia LMCR-2011 ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City
Bogor 16810, Jawa Barat

Jual Sandal Nama, Unik dan Lucu @ http://JawaraShop.com

KETENTUAN LOMBA

* Hasil lomba diumumkan 15 Oktober 2011 melalui website: www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
* Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
* Naskah yang masuk ke Kotak Pos Panitia LMCR-2011 menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya
* Informasi lebih lanjut silakan e-mail ke: lmcr.kelima@gmail.com
* Pajak hadiah para pemenang ditanggung PT ROHTO Laboratories Indonesia

Jual HDY Baby Bag @ http://TasBayi.JawaraShop.com

HADIAH UNTUK PARA PEMENANG

Kategori A (Pelajar SLTP)

* Pemenang I – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
* Pemenang II – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* Pemenang III – Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 15 (lima belas) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) Unit TV

Kategori B (Pelajar SLTA)

* Pemenang I – Uang Tunai Rp 5.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
* Pemenang II – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* Pemenang III – Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 5 (lima) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 15 (lima belas) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 50 (lima puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1(satu) Unit TV

Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)

* Pemenang I – Uang Tunai Rp 7.000.000,- + ROHTO-MENTHOLATUM GOLDEN AWARD
* Pemenang II – Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* Pemenang III – Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 20 (dua puluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dariPT ROHTO + Piagam ROHTO-MENTHOLATUM
* 200 (dua ratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam ROHTO-MENTHOLATUM

Seluruh pemenang mendapat Antologi LMCR-2011 dan Buku TELAGA INSPIRASI MENULIS FIKSI karya Naning Pranoto

Sumber : Annida

Terjun dalam Dunia Komunikasi-Nggak Cuma Karena Suka!!

Ingin belajar komunikasi? Nggak gampang, lho! Nggak cuma modal ngomong dan pintar nulis. Seorang mahasiswa komunikasi merupakan individu yang mempunyai kelebihan dalam memandang dan menjawab berbagai realita kehidupan. Baik yang berupa masalah-masalah sosial masyarakat hingga fenomena-fenomena alam yang melanda suatu negeri. Mereka harus bisa menguasai semua jenis ilmu selain dari ilmu komunikasi itu sendiri. Katakanlah seorang mahasiswa komunikasi harus mampu menguasai Sosiologi dan Psikologi, yang dalam hal ini keduanya merupakan satu kelompok ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Maka komunikasi harus bisa menjembatani keduanya. Kebayang nggak sih, bagaimana bila mahasiswa komunikasi cuma bisa itu-itu saja? Padahal banyak sekali hal-hal diluar yang bisa dipelajari oleh komunikers (baca: mahasiswa komunikasi). Para dosen pun pasti berharap akan kecerdasan dan ketajaman otak mahasiswa dalam mengulas sebuah masalah atau menyajikan sebuah tulisan.
Nah, menjadi komunikers yang benar-benar menjawab tantangan tersebut nggak gampang. Harus diingat, jika kamu memilih menjadi mahasiswa komunikasi, jangan berharap akan menjadi mahasiswa yang bisa bersantai-santai ria, apalagi hanya adu gaya dan pamer penampilan. Menjadi komunikers merupakan langkah menuju cakrawala baru. Langkah untuk menciptakan perubahan. Jadi, komunikers akan membuat kamu kaya pengetahuan, pengalaman, dan pertemanan.
Nah, kalau kamu ingin menekuni dunia komunikasi, syaratnya:
1. Berani dan suka tantangan
Sekadar kamu tahu, seorang komunikers bukan orang yang pemalu dan minderan, juga bukan penakut dan manja. Mereka dituntut untuk independen dalam segala hal. Jadi, nggak bisa kita apatis dan cuek saja dalam menghadapi suatu masalah. Misalkan saja, kita menghadapi dua orang yang berseteru, komunikers dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan dua kubu yang berseteru tadi. Bagaimana caranya? Nah, itulah tantangannya.
2. Berani menghadapi risiko
Jelaslah, risiko apa pun harus dihadapi. Risiko bahwa ketika kita berbicara dicuekin oleh lawan bicara. Risiko tulisan yang kita buat tidak dibaca atau bahkan dibuang oleh pembacanya.
3. Punya kemampuan menggali sumber informasi/ skeptis
Komunikers nggak boleh cepat puas dengan apa yang dikatakan oleh dosen atau narasumber lain. Komunikers harus punya rasa ingin tahu yang besar. Skeptis, itulah cirri khas mahasiswa komunikasi. Tom Friedman dari New York Times mengatakan bahwa skeptis adalah tentang bertanya, meragukan, waspada, tidak mudah ditipu. Lain halnya dengan sikap sinis yang cenderung tidak percaya dan masa bodoh. Semakin kita skeptis, makin banyak pula pertanyaan yang dapat ditanyakan pada dosen atau narasumber.
4. Punya sensitivitas tinggi
Hal ini penting banget. Sebagai dasar komunikers untuk berbicara atau membuat tulisan. Sensitivitas kita juga mempengaruhi sejauh mana materi kuliah yang dipelajari. Banyak dosen yang hanya memberikan kuliah secara garis besarnya saja. Jangan cepat puas menganggap semua materi kuliah hanya pada penjelasan dosen. Carilah bahan kuliah lain untuk menguasai materi, mungkin dengan buku-buku referensi atau bahkan bertanya dan berdiskusi langsung dengan dosennya.
5. Punya minat komunikasi (menulis)
Nah, yang satu ini juga penting banget. Saat melihat kejadian apa pun yang menarik yang sesuai dengan yang diinginkan media. Maka keinginan komunikers untuk menyampaikan atau menuliskan kejadian tersebut sangat tinggi. Nggak Cuma itu. Seorang komunikers, meski sedang libur dan menikmati perjalanan menuju suatu tempat, pasti akan menulis jika menemukan sesuatu yang menarik. Jadi, nggak ada kata berhenti buat komunikers.
Disamping itu semua, yang terpenting adalah minat dan kecintaan pada komunikasi. Percuma kamu masuk jurusan komunikasi, dapat kelas favorit, bisa nulis, punya daya tahan tinggi, dan suka tantangan, kalau kamu nggak berminat menekuni dunia komunikasi. Kalau kamu masuk komunikasi cuma karena teman,kakak, atau orangtua, lebih baik urungkan niat itu. Apalagi ingin jadi komunikers cuma karena ingin dibilang keren.
Kalau sudah cinta, apa pun akan dilakukan dan bagaimanapun kondisinya akan diterima dengan lapang dada. Ibarat kita pacaran, apa pun akan dilakukan demi cinta ’kan? Kalu cinta, ke ujung dunia pun kita mau memburu informasi, apa pun risikonya.
Lalu, kalau tekad kita sudah bulat ingin terjun di dunia komunikasi, tentunya nggak mau dong jadi komunikers yang nggak cerdas dan peka alias nggak bisa ngapa-ngapain? Nah, kalau begitu mulai dari sekarang pikirkan kembali, atas dasar apa kamu masuk komunikasi? nggak cuma kerena suka kan? Lebih jauh dari itu jangan cuma mikir, tapi lakukanlah tindakan. Stop thinking, just doing!!

cerita Jadul waktu sering keTilang :D

Because I Hate Your Job

Salah satu kebodohanku, membuat kesialan setiap aku pergi. Bukannya aku tak mau, namun aku memang belum sempat dan belum punya duit… please dech, kapan sih aku punya duit… huhuhu….
Kian hari, kian risih. Orang menyebalkan itu selalu datang mengganggu hari-hariku. Uuuhh … benar-benar membuatku muak… benar-benar sangat muak. Memang dia itu cakep, gagah lebih tepatnya dengan seragam kebanggaannya. Posturnya tinggi, dengan langkah tegap membanggakan dada bidangnya. Suaranya tegas dan lantang bila bicara, namun terkadang memang lembut sekali padaku, yah, padaku. Hihihi….
Aduh, Dea !! ngapain sih kamu muji-muji dia ?!
Ughh… aku sebel kalau lihat dia pakai seragam itu, apalagi kalau aku tahu dia mau ngadain Razia atau Operasi atau Penertiban atau apalah… garong berkedok tugas. Ah, payah memang seseorang yang terlibat menjadi oknum-oknum pemerintahan atau militer yang tak bertanggung jawab.

Aku mengenalnya ketika tak sengaja, waktu itu aku sedang main kerumah temanku, Nana. Aku memang sering mengantarkannya pulang, karena kebetulan masih satu arah dengan arah rumahku. Namun, kali ini Nana ngotot menyuruhku ikut masuk kedalam rumahnya. Tak seperti biasanya, setiap sampai depan rumahnya aku langsung tancap gas. Sungguh hari ini pasti ada yang Aneh bin Surprise !! eh … Ajaib ding.
“De, ayo masuk.” Nana menarik tanganku.
“ ngapain si? Udah ah gue pulang aja, biasanya juga gue langsung pulang.” Bantahku.
“ udah deh, ikut aja. Lo harus ketemu dia. Buruan !!” kini dia menarik tanganku lebih kuat.
“ iya… iya… bentar, kunci motor gue !!”
Akhirnya aku pasrah dan menuruti ajakannya. Sekali lagi, aku masih heran padanya. Dia bilang ketemu? Sama dia? Dia siapa? Ah, awas kalau aku dikenalin sama orang-orang aneh lagi. Seperti teman-temannya dulu. Ada yang kribo, brekele, botak, kurus ceking, gendut gembrot, de-el-el pokoknya lah.
“ assalamu’alaikum….” Sapa Nana.
“ wa’alaikumussalam….” Jawab seorang lelaki.
“ De, kenalin. Ini mas Danag. Om gue De.” Ucap Nana.
“ Om lo Na ??” tanyaku takjub, cause… sepertinya aku pernah melihatnya ketika sewaktu…,” polisi ya ??” aku ingat dia. Aku pernah melihatnya ketika itu….
“ kok, lo tau De ??” katanya pura-pura.
“ ya iyalah. Dia kan yang interogasi gue waktu ke-tilang dulu !!” umpatku dalam hati.
“ Hai, kamu Dea kan ? temannya Nana satu kelas kan ? salam kenal.” Ia menyodorkan tangannya padaku.
Aku terima jabatan tangannya. Sebenarnya aku malas, tapi kan nggak sopan juga bila harus menepisnya.

Ketika itu … pukul 10.30 wib.
Aku melaju, memacu motorku dengan kecepatan 80 km/jam. Laju yang lumayan cepat. Dibelakangku, kubonceng Astri. Hari ini kami akan main kerumah Vita.
“ Hallo, De ?!! lo sama Astri dimana ?” tanya Nana yang sudah sampai duluan.
“ ini Astri. Gue sama Dea lagi dijalan. Bentar lagi nyampe kok.” Jawab Astri yang memegang Hpku.
Perasaanku tak enak. Seperti akan terjadi sesuatu. 5 km perjalanan berlalu, aku dan Astri masih adem ayem dengan situasi. Namun tiba-tiba ….
Tepat didepan kami, segerombolan orang dengan orang berseragam menghentikan laju kendaraan orang yang melintas. Oh My God !! kami tak bisa berkutik. Kecepatan motor tak mungkin aku kurangi, dan tak bisa kubanting stir. Akhirnya aku pasrah pada sergapan mereka.
“ Selamat siang mba?!” katanya pura-pura ramah, uuh…
“ Selamat siang!!!” jawabku ketus.
“ Boleh lihat surat-suratnya??” pintanya.
Dasar… polisi ! lalu lintas ! sumpah, gue benci paling benci sama kejadian seperti ini. Kukeluarkan STNK dan kartu pelajarku.
“ SIM ?” tanya dia lagi,” belum punya ?? baik, kalau begitu STNK saya tahan dulu, motor boleh Anda bawa pulang. Besok hari kamis, silakan ikut sidang di Pengadilan.” Whaaatt… ??
Busyeeet Mak ??? yang bener aja !! gue nggak mungkin bilang sama Mama, gimana nih ?? sutralah… seperti biasa, cari amannya aja meski ini perbuatan yang salah.
“ aduh pak !! sidang ditempat aja dech ya ??”
“ lho kenapa ??!”
“ Abis gue nggak mungkin libatin Ortu gue lagi !! gara-gara ketilang lagi dan ketilang lagi !!” umpatku dalanm hati. Akhirnya aku memang melakukan sidang ditempat. Sebenernya aku nggak rela? Bener-bener nggak rela !! hiks… hiks… hiks…
“ nih, pak. 40 kan ?!! (40ribu)” kataku dengan wajah manyun tanda kurang ikhlas.
“ Terima kasih, silakan tanda tangan disini.” Menyodorkan kertas surat tilangku.” Terima kasih mba dan tolong secepatnya anda membuat SIM, sudah 17 tahun kan ? nah, daripada perjalanan terganggu seperti ini, kan enak kalau surat-suratnya sudah lengkap, tinggal jalan saja bila sudah punya SIM.” Ucapnya menasehati dengan senyum-senyum gimana gitu,.. uuughh.. muak !!
kulanjutkan perjalananku degan hati yang dongkol. Sepanjang jalan terus saja aku menggerutu dan mengumpat mereka semua.
“ Sialan !! dasar… gila tuh polisi !! sumpah As, gue bener-bener benci, sumpah mati gue benci amat sama mereka !!”
“ Iya iya, udah jangan kebanyakkan sumpah. Pamali !! bisa-bisa ntar malah sebaliknya De.”
“ Uuughhh,… sebaliknya gimana ?!! pokoknya sekali gue benci, selamanya gue bakalan benci !! dengerin, SELAMANYA, idih … amit-amit deh … jangan sampe gue punya pacar atau punya suami atau punya sodara polisi,… ogah banget.” Ujarku sebal, “ eh, soal duit tadi, kita bagi dua ya ? coz itu bukan duit gue, duit kelas.”
“ Iya iya… tapi besok ya?” jawab Astri.

Empat kali aku kena tilang !! yang pertama, dulu waktu aku SMP, sore hari gara-gara melanggar marka jalan dan nggak punya SIM. Sidang ditempat juga. Kedua dan ketiga waktu kelas ! SMA, dua kali berturut-turut dalam satu tahun itu.kedua, karena waktu itu memang aku sial, tanpa aku tahu sebelumnya aku melewati kantor POLSEK yang mengadakan operasi penertiban kendaraan bermotor. Ketiga, gara-gara aku nganterin temanku tapi bego! Dia nggak pake helm, dan sialnya ada polisi di pos jaga. Pelanggaran+ SIM. Dan yang terakhir, yang keempat seperti yang aku ceritakan sebelumnya.
“ Aduh… gue sial banget sih ??” teriakku didalam kamar.
“ kenapa sih, sering banget ketilang ??”
“ Gara-gara ngggak punya SIM. Kena terus !!” kapan dong gue punya SIM ??”

Satu Bulan Kemudian
“ De, gimana Om gue ?” tanya Nana membuyarkan lamunanku.
“ Gimana apanya maksud lo ?!!” tanyaku balik, tak mengerti.
“ Ah, jangan pura-pura dech ?!! gimana Om gue, lo suka nggak? Udah nembak lo belum? Lo jawab apa?” seperti laju kereta expres, berturut-turut pertanyaannya.
“ Idih, nanya satu-satu dong!! Emmmm… menurut gue om lo itu…,”
“ gimana ?? jadian aja sana. Gue rela dan ngrestuin kok.” Sambil senyum-senyum menggelikan, menyenggol pundakku.
“ heeeh… “ senyumku kecut.
“ Om lo itu, manusia paling nyebelin dan nggak banget dech, yang pernah aku kenal. Siapa namanya? Hah … Danang?? Gue benci dia, gue benci sama profesinya. Gue benci sama polisi. Dan sampai kapanpun juga, gue nggak akan pernah mau punya pacar seorang polisi. Lo denger? Nggak akan pernah mau!!! Termasuk om lo !! Ingat itu…!!”
Teriakku sekencang-kencangnya. Tak peduli ada banyak orang di kelas melihat tingkah anehku. Setelah puas memaki-maki Nana, lebih tepatnya Omnya Nana. Aku keluar meninggalkan kelas. Nana, yang kemudian diam tanpa kata, setelah mendengar makianku.kulihat ia kecewa. Aku sendiri tak mngerti, kenapa dia ingin menjodoh-jodohkan aku dengan Danang???
“ Yang bener aja Nana mau nyomblangin gue sama Omnya? Si Danang nyebelin itu !! dia pikir gue nggak laku apa?! Sampe harus dijodoh-jodohin segala sama dia. Awas aja, kalo sampe hari ini gue ketemu si Danang jelek itu disini. Gue bakalan tampar dia, gue tinju dia, gue bengkakin matanya, gue maki-maki dia sampe kupingnya budeg… budeg… budeg… aaakhhh…”
aku jatuh tersungkur, baru aku sadar bahwa hampir saja aku tertabrak motor yang ngebut sembarangan dijalan. Kulihat seseorang disampingku, mungkin dia yang menolonhku. Kalau saja tadi nggak ada dia, mungkin sekarang aku sudah KO-IT alias mati konyol.
Aduh … !!! tiba-tiba kurasakan tangan dan kakiku sakit sekali. Sepertinya karena menghantam aspal. Darah mengalir dari luka di tangan dan kaki, namun yang membuatku shock adalah dari kedua lubang hidungku mengalir cairan merah darah. Tiba-tiba aku pusing, kemudian tak sadarkan diri…

Benar-benar tak habis pikir nasibku ini? Hampir saja aku kehilangan nyawa dengan cara konyol, tiba-tiba diselamatkan oleh orang misterius yang tak kukenal, bahkan belum sempat kuucapkan terima kasih kepadanya. Sudah tiga hari aku dirumah sakit, lama-lama bosan hanya terbaring ditempat tidur.
Dan yang lebih sialnya lagi, selama 3 hari itu juga si Danang nyebelin itu bolak-balik datengin aku. Apakah dia memang care sama aku? Kasihan sama aku? Atau malah sengaja pengen lihat kondisi akuyang kayak gini, sehingga dengan bebas dia ngetawain ketidakberdayaanku ini.
Aduh !!! sumpah deh, gue benci banget sama dia, I Hate You banget deh, PUOoooL…
“ gimana De, kamu sudah merasa sehat sekarang?” ucap si jelek Danang, “ kata dokter, sore ini juga kamu sudah boleh pulang, aku bantu siap-siap ya??” tawarta.
“ Hah… nggak usah, ntar juga ortu gue dateng kok. Lagian yang bener aja dong! Lo kan cowok, mau bantuin gue gimana? Ngarep lo!!!” ucapku ketus.
“ maksud saya ya bantu ngangkatin barang-barang kamu.”
Syukur deh, Cuma mau bantuin ngangkatin barang. Gue kira mau ngangkat gue?? Hihihi…. Hush !!! apa-apaan sih lo De???
Aku salah tingkah membantah khayalanku itu. Biar tak kelihatan sal-ting, aku alihkan pandanganku.
“ Itu, lengan lo kenapa diperban gitu?” tanyaku menunjuk balutan perban di lengannya.
“ eh, oh ini… ini jatuh waktu saya latiahan Judo kemarin.” Ucapnya gugup.
“ Ooo…”
Selama dalam perjalanan, tak henti-hentinya dia mencuri pandang padaku. Lebih menyebalkan lagi, Danang kelihatan nggak ada canggung-canggungnya sama sekali terhadap orangtuaku. Bahkan terlihat sangat akrab. Entah rayuan apa yang ia lakukan, sehingga orangtuaku bisa takhluk padanya. Asal tahu saja, sebelumnya mama sangat selektif tentang kedekatanku dengan teman-teman cowokku. Tapi dia?? Laki-laki yang benar-benar aku benci???

“ Ma… ??? Mama !!” panggilku, tak ada yang menjawab.
“ semuanya kemana sih? Sepi amat.” Kuteguk air mineral dari kulkas, langsung dari botolnya,” glek…glek…glek…gleeekkk”
Kring, kring, kring !!!
Uuuh … siapa lagi yang telfon ??? kulangkahkan kakiku menuju sumber suara. Kuangkat gagang telfonnya.
“ Hallo?? Mau bicara dengan siapa??” sapaku halus.
“ Dea ya? Ini saya, Danang. Hai ??” ucapnya girang.haakh!! “ Dea, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan…,”
“ Apa???”
“ De, sudah lama saya memperhatikanmu, peduli sama kamu, dan berusaha mendekatimu. Namun saya belum berani untuk jujur sama kamu. Tapi sungguh, jauh dari lubuk hati saya yang paling dalam, kamu sangat berarti bagi saya. Dengan segenap hatiku, dengarkanlah bahwa aku sangat menyayangimu Vidya Arum Purnamasari…”
“ I LOVE YOU “
What ??? this is really ???
“ Tnggal 24 Mei, hari sabtu besok, jam 8 malam, di taman, saya tunggu jawabanmu.”
Clark. Telfon sontak dimatikan.
I… i…lo…love…you??? Tak percaya dia berani mengucapkan kata-kata itu padaku. Padahal, sudah berulang kali, secara tidak langsung. Aku berkata bahwa aku membencinya, karena seragamnya, karena profesinya.

Hari sabtu, masih satu minggu lagi. Apa yang harus kulakukan dan kukatakan untuk menolaknya. Katanya dia akan menungguku?? Yang benar saja, bukankah pekerjaannya itu menyita waktu? Memangnya dia bebas berkeliaran apa? Aku yakin tak ada waktu, apalagi hanuya untuk menungguku. Sudahlah, kuputuskan aku takkan menemuinya.
Tak pernah sedikitpun aku membayangkan bahwa diriku akan dicintai aleh seorang polisi. POLISI !! ya ampun, aku pernah bersumpah bahkan, bahwa sampai kapanpun aku nggak dan nggak akan pernah jatuh cinta sama seorang polisi, Never !!!
Tapi, ini kemungkinan yang paling buruk. Kemungkinan bahwa aku termakan sumpahku sendiri. Sebuah misteri kehidupan, karma, atau kebalikan dari semua yang tidak kita inginkan. Pernahkah kamu mendapatkan sesuatu yang tak terduga sebelumnya ? sesuatu yang kamu inginka, tak dapat kamu peroleh, namun sebaliknya sesuatu yang sangat kamu benci dan tak pernah kamu mau sedikitpun, justru tiba-tiba datang menghampiri dan merangkulmu. Mungkin inilah yang tejadi padaku.
Aku lirik jam di pergelangan tanganku. Sabtu ini sudah pukul 10.30, aku habiskan waktuku di sekolah dengan melamun. Nanti malam, tak kurang dari 10 jam lagi. Aku harus menjawab sesuatu, yang aku sendiri tak tahu. Aku tak tahu perasaanku… sungguh tak tahu.
“ De, lo kenapa? Dari tadi pagi gue liatin, lo ngelamun terus. Ada masalah apa??” tanya Astri.
“ Lo mikirin Om gue kan De?!” cetus Nanasetengah kesal . aku hanya melengos.
“ Oh, mas Danang yang cakep itu ya? Aduh ganteng banget sih tu orang, ngangenin dech. Na, kapan lo kenalin ke gue ?!??!!” rengek Vita.
“ Apaan sih lo Vit? Mas Danang itu bentar lagi jadi pacarnyaaaa… De…aaa…apph”
kubekap mulut comelnya Nana. Kutarik tangannya, keluar kelas.
“ Yah De, mau kemana lo pada??” tanya Vita dan Astri kompak.
“ ke kantin, udah ya?”
“ gila lo ! ngapain ngomong kayak tadi, asal lo tau gue bukan pacarnya, dan mungkin nggak akan pernah mau gue pacaran sama dia. Ingat itu ! gue nggak suka sama Danang, lo tau sendiri kan gue benci banget sama….”
“ Polisi ?!!”
“ gue tau itu De. Tapi nggak seharusnya ego lo jadi penghalang cinta kalian. Dari sorot mata lo dan tingkah laku lo selama ini, gue tau sebenernya lo juga suka sama Mas Danang.”
“ Nggak.” Bantahku.
“ Iya !! lo nggak bisa bohongin gue lagi De. Gue temen lo, udah jelas semuanya. Udah seminggu ini lo sering ngelamun, gue tau kalo lo masih ragu sama perasaan lo sendiri. Makanya, sekarang lo harus yakinin perasaan lo itu. Cinta mas Danang sama lo itu tulus De, gue yakin lo bisa bahagia sama dia.”
“ Tapi Na, gue…”
“ Yakin De. Lo harus yakin. Nanti malam, jam 8 dia nunggu cinta lo.”
Aku terkesiap mendengar ucapan Nana. Seperti disadarkan dari kekeliruan. Pikiranku terlalu picik, egoku meguasai logikaku, sampai-sampai aku membihongi perasaanku sendiri. Maafkan aku Danang. Sungguh.
Langit mendung, awan gemawan tertutupi kabut tebal. Langit berubah menjadi hitam pekat, malam ini tak ada bintang, tak ada bulan. Hanya terang lampu-lampu rumah dan jalan yang menghiasi malam gelap gulita ini. Aku gundah dan gelisah, dan khawatir. Angin berhembus lebih kencang dari biasanya. Aku rasa, sebentar lagi akan hujan deras.
Benar saja. Sejak pukul 6 sore, hujan turun perlahan, lambat laun semakin deras dan tak henti-henti, tak kunjung reda. Kusibukkan diriku dengan membanca buku. Aku tak yakin, ditengah hujan deras begini Danang mau menungguku, konyol sekali.
Baru setengah halaman kubaca. Waktu menunjukan pukul 9 malam tepat. Namun hujan belum juga reda. Apakah dia menungguku? Ataukah sudah pergi? Entahlah! Kulanjutkan bacaanku, sampai tiba-tiba dering telfon berbunyi.
“ Hallo, De. Lo udah di rumah??” tanya Nana.
“ Dari tadi gue di rumah kok. Emang kenapa??”
“ apa??? Jadi…., ya ampun De. Lo gimana sih, lo harus tau. Tadi mas Danang telfon gue sebelum pergi. Mau nemuin lo katanya. Padahal waktu itu masih hujan deras. Dia nekad berangkat demi lo De. Jadi lo masih egois kayak gini De?!! Asal lo tau, yang nyelametin lo waktu ketabrak dulu, itu mas Danang. Pokoknya sekarang juga lo harus temuin dia. Sekarang !!!”
clark, telfon dibantingnya keras-keras.
Aku sendiri kaget. Jadi dia yang menyelamatkan aku waktu itu? Aku sendiri belum sempat ucapin terima kasih? Dan luka di lengannya, pasti karena dia berusaha menahan tubuhku agar tak terluka parah? Jahat banget aku ini. Hampir pukul 10 malam. Apa dia masih menungguku? Ya Tuhan… bodoh sekali aku !!!
Kuraih jaketku. Tak peduli diluar masih hujan, kuberlari secepat mungkin menyusulnya di taman. Baru beberapa langkah sesampainya di taman, suasana telah sepi. Tak kulihat seorangpun disana. Apakah ia telah pergi? Angin malam semakin berhembus kencang, menampar dan menusuk wajah dan tubuhku. Aku terkulai lemas ditempat ini. Sendirian. Dan hanya bisa menangis, seakan ada racun yang menggerogoti sisa-sisa tenagaku.
“ Bodoh !!!”
“ ia sudah pergi, meninggalkanku.”
Penyesalan menyelimuti diriku. Harusnya aku menyadari lebih awal perasaanku ini. Aku tak membencinya, sungguh. Hanya saja aku tak suka dengan profesinya. Aku trauma dengan profesi sebagai polisi.
“ Maafkan aku… maafkan…”
“ Ternyata, butuh waktu yang lama untuk mengakui perasaanmu padaku…”
Hujan tak mengguyurku, seperti dipayungi, dari arah belakang kulihat ia tersenyum padaku. Ternyata, dari tadi dia bersembunyi. Meskipun aku kesal bercampur malu. Aku senang dan lega bisa melihatnya disini. Di depanku, aku tahu, dia memang tulus padaku. Dan sedari tadi dia telah menunggu cintanya.

cerita sindiran buat temen gue, Slamet! wkwkwk

Meniti Jembatan Hati

Nanda kesal, ia bergegas menuju kelas XII IPS 1, kelas yang berada di lantai paling bawah. Ia menuruni anak-anak tangga satu persatu dan menyusuri lorong-lorong kelas. Derap langkah kakinya terdengar tergesa-gesa.
Sesampainya didepan kelas yang dituju, tanpa basa-basi lagi ia tanyakan keberadaan orang yang dicarinya pada anak-anak ips yang sedang nongkrong didepan kelas itu. “ Heh, Slamet berangkat nggak? Mana orangnya?!”
“ Di kelas tuh, cari aja.” ucap salah seorang diantaranya.
Tanpa mengucapkan terima kasih, Nanda langsung masuk ke kelas tanpa permisi lagi. Dicarinya “teroris” yang membuatnya kesal, matanya berkeliling mencari-cari wajah yang memuakkan itu.
Disitu, ya disitu… disudut sana, ia sedang asyik bercanda denga teman-teman ceweknya. “ Kurangajar” bathin Nanda.
“ Heh, pembohong! Sini kamu!” ucap Nanda marah.
Slamet yang kaget melihat kehadiran Nanda di kelasnya sontak ia melarikan diri sambil mesam-mesem nggak jelas. Nanda jadi gemas melihatnya. Segera ia ambil ancang-ancang untuk mengejar cowok tengil itu.
“ Hey, Slamet. Jangan lari kamu. Awas ya! Aku nggak terima. Hey! Jangan lari!!”
Terjadi kejar-kejaran antara mereka. Slamet lari didepan seperti maling dikejar massa karna ketangkap basah mencopet dompet orang lain. Sedangkan Nanda yang mengejar dibelakangnya lebih mirip petugas kamtib megejar para pedagang asongan yang ngeyel tetap berjualan di pinggir jalan.
Gubrak…. Gedubraggkkk… Prang….
Semua yang menghalangi, mereka sikat. Ditabraknya tanpa ampun. Kursi, meja, pot tanaman, bahkan pesuruh sekolah yang sedang membawa nampan berisi gelas-gelas minuman guru pun mereka tabrak dengan kejamnya. Pak Mansur dibuat kaget,
“ Halah, halah, bocah… pecah kabean gelas-gelase nduk… mbandel banget sih ya??(halah, halah, nak… pecah semua gelas-gelasnya nak… bandel sekali sih??)” ucap pak Mansur memaki, gaya bicaranya yang njawa membuat semua siswa yang melihat tertawa cekikikan. Kik… kik… kik….
“ Maaf pak Mansur, nggak sengaja. Lagi ngejar teroris nih!!” ucap Nanda dari kejauhan.
Kejar-kejaran semakin seru, kini mereka memasuki kawasan ekstrim diatas lantai 3. Slamet yang menemukan jalan buntu tak bisa menghindar lagi! Giliran Nanda yang kesenangan melihat musuhnya bingung.
“ He… he… he…, mau lari kemana lagi kamu Slamet? Dasar teroris! Ngapai kamu menyebarkan gossip segala? Ngapain juga kamu memfitnah aku? Pake memutarbalikkan fakta lagi. Apa sih mau kamu? Udah cukup sabar aku sama kamu selama ini. Apa mau kamu? Hahhh… apa???” teriak Nanda kesal, kecewa, dan marah. Marah sekali sampai-sampai matanya melotot, seperti mau copot saja.
“ Nan, bukannya begitu. Kemarin aku cuma bercanda, keceplosan Nan. Sumpah aku nggak punya niat buat fitnah kamu. Sumpah!” kata Slamet membela diri.
“ Nggak usah sumpah-sumpah segala. Aku nggak butuh sumpah kamu. Nggak bisa dipertanggungjawabin.” Bentak Nanda masih kesal, kesal sekali.
Kali ini Nanda membawa sapu, tepatnya gagang sapu yang ia pegang. Slamet yang tersudut tak dapat berkutik lagi. Mati kutu.
“ Sekarang kamu nggak akan bisa kabur. Ayo, mau lari kemana lagi kamu Met? Mau terjun? Silakan kalo mau mati.” ucap Nanda bernada mengancam.
“ Siapa yang dari tadi membuat keributan?? Kamu! Kamu!” seseorang menunjuk-nunjuk kearah mereka.
Nanda dan Slamet hanya bisa diam dan melongo melihat sosok yang baru saja menegur mereka.

Suasana hening di ruang itu, ruangan yang tak terlalu lebar. Ruang isolasi, tempat hukuman bagi para pembuat onar atau anak-anak pembangkang.
Hanya ada Nanda, Slamet dan pak Suwarno yang berada didalam ruang itu. Menceramahi satu-satu dari Nanda dan Slamet. Mereka hanya terdiam dan menundukkan kepala, tak berani menatap wajah sangar guru BP yang terkenal galaknya minta ampun itu.
“ Sudah saya peringatkan berulang-ulang kali. Semua murid di sekolah ini kok sama saja! Tidak ada yang nurut. Selalu membuat ulah yang macam-macam!!” gerutu pak Warno heran dengan ulah murid-muridnya.
Meski sama-sama diam dan tak banyak omong. Nanda dan Slamet belum jera, mereka masih sikut-sikutan dan mencela satu sama lain.
“ Kamu Slamet! Katanya kamu teroris, memangnya kamu buat ulah apa lagi? Membawa bom di sekolah ini??” tanya pak Warno keras.
“ Nggak pak, nggak! Merakit rangkaian lampu paralel aja udah buat saya njelimet, apalagi merakit bom pak. Bohong itu, fitnah. Dia tuh ngarang.” Slamet menunjuk kearahnya. Lagi-lagi membuat Nanda kesal.
“ Eh!!!” hardik Nanda, “ sembarangan!! Ngapain mutarbalikan fakta lagi? Fitnah-fitnah aku segala! Kamu tuh yang fitnah aku dari kemaren! Dia tuh pak, Slamet. Teroris plus koruptor di sekolah kita.” Ucap Nanda keras setengah berteriak.
“ Nan, jangan nuduh gitu dong? Apanya yang teroris? Apanya yang korup….”
“ Diam kamu Met!!!!!” teriak Nanda sekencang-kencangnya sambil melotot tajam kearah Slamet.
Slamet dan pak Warno sendiri langsung tutup telinga mendengar teriakkan Nanda yang minta ampun kersnya, seperti mendengar dentuman bom yang meledak.
“ Nanda! Apa ini maksudnya??” tanya pak Warno heran, tak mengerti apa masalah mereka sebenarnya. Nada bicara pak Warno lucu sekali, mukanya apalagi, mirip iklan pajak ditelevisi beberapa bulan yang lalu. “ Apa kata dunia???”

tiga hari yang lalu, anak-anak ribut mengomentari dirinya. Bertanya ini dan itu, lalu banyak yang mengambil kesimpulan sendiri. Kesimpulan yang salah tentunya. Namanya juga gossip, pasti cepat sekali menyebar seantero sekolah. Kabar burung itu, yang belum pasti kebenarannya mengusik ketenangan Ananda pagi itu.
“ Nan, bener nggak sih beritanya? Aduh kok kamu serendah itu sih??” komentar Narla kecewa.
“ Iya, Nan. Bener nggak sih beritanya? Aku masih belum percaya dech, klarifikasi dong kebenarannya? Biar kita nggak nganggap kamu munafik.” Tambah Sherra tak kalah kecewanya.
Nanda sendiri sontak langsung kaget dan tak percaya kata-kata temannya tadi. “ Munafik? Aku?” tunjuk Nanda pada dirinya sendiri.
Nanda semakin bingung saja saat melihat tatapan dari teman-teman yang lain, Tatapan yang sinis. Seolah semua orang yang bertemu dengannya telah menghakimi dirinya dengan tidak etis sekali, mendiamkannya tanpa sebab. Hanya beberapa teman akrab Nanda sajalah yang masih setia menemani Ananda yang sedang bingung dan sedih karna tiba-tiba dimusuhi.
“ Hu… hu… hu… uuuuu…” Nanda menangis tersedu-sedu di kamarnya.
“ Udah jangan nangis terus dong Nan. Masa gitu aja kamu nge-drop? Katanya kamu cewek kuat, ntar imej Ananda yang tegas dan galak ilang dech. Jadi Ananda yang cengeng dan lembek. Udah dong… cup… cup… cup.” Ucap Sherra menghentikan tangisnya.
“ Iya, iya. Udah Nan. Daripada nangis melulu, mending kamu selidiki siapa dalang dibalik semua ini.” Tutur Narla memberi saran.
Aha!! Benar sekali ucapan Narla tadi. “ Pokoknya aku harus nemuin biang keladi dari semua ini. Teroris itu harus kutangkap!” ucap Nanda dalam hati.
“ Hu… hu… huuuu….”
“ Aduh kenapa lagi sih nih anak? Nan udah dong, kok jadi cengeng sih? Aduh Nanda payah!” kelakar Narla dan Sherra heran terhadap sikap Nanda.
“ Ehmmm… abis aku masih nggak abis pikir aja, kenapa ‘dia’ tega-teganya nyebarin gossip itu dan bilang kalau aku ini… huuu… aku ini cewek nggak bener dan suka pacaran sama om-om… huaaaaaa….” Tangis Nanda makin kencang.
“ Ehmmm… padahalkan dari SMP sampai sekarang aku belum pernah sekalipun pacaran! Kenapa sih dia bilang begitu sama anak-anak??” Nanda semakin ngomong tidak karuan ditengah-tengah isak tangisnya.
Shrooooottt… ingus dari hidungnya keluar dan disedot lagi. Shraaat… shroooottt….
Narla dan Sherra sebenarnya tak tahan dengan pemandangan itu. Ingin sekali mereka tertawa terbahak-bahak melihat tingkah polah dari sahabatnya itu. Biasanya Nanda tak pernah sesedih itu menanggapi gossip atau berita-berita tak jelas dari orang yang dengki padanya. Ia anggap ocehan-ocehan itu sebagai angin lalu saja. Tapi kali ini berbeda, mungkin karna kali ini menyangkut masalah harga diri Nanda yang sebelumnya tak pernah terusik oleh siapapun. Baginya harga diri merupakan citra diri seseorang, harga diri seorang cewek akan menentukan citra diri yang positif atau negatif. Jika kelakuan seseorang sudah menyimpang dan tak punya harga diri lagi, maka sudah tentu citranya akan ternoda dengan kenegatifan yang diakibatkannya.
Narla dan Sherra kembali dari toilet. Sebelumnya mereka membuat alasan klise itu untuk bisa tertawa sepuasnya diluar kamar Nanda. Setibanya di kamar, Nanda terlihat lebih baik, tangisnya telah mereda.
Mereka bertiga duduk rapi diatas ranjang. Diam, namun sedang berpikir tentang siapa dalang dari gossip itu. Penyebar kebohongan dan fitnah itu.
Narla melintir-lintir rambutnya yang panjang. Mengingat-ingat teman sekolahnya yang estafet sebar-sebaran gossip kemarin. Semakin diingat semakin sulit saja, rumit, njelimet, dan kusut! Seperti rambutnya yang terpelintir acak-acakan. Narla kalap dan ribut sendiri dibuatnya. “ Aduh, rambutku!!” ia ngacir langsung kedepan cermin, menyisir dan merapikan rambutnya itu.
Sherra lain lagi. Ia mencoba menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan gossip itu. Ia asyik membolak-balik buku bacaannya. Dari buku yang satu ganti dengan buku atau majalah dan koran-koran lain. Ia serius, sampai-sampai ia tak sadar kacamatanya telah bergeser turun kehidungnya. Tampak lucu, mata kemana kacamata dimana.
Ananda pun berbeda lagi. Ia justru asyik melahap makanannya. Kue nastar kesukaanya satu toples ia pegang erat. Satu persatu masuk kedalam mulutnya. Sambil terus berpikir dan terus menggerutu, mengumpat sang teroris penyebar fitnah itu. “ Dasar tukang fitnah, pembohong yang asal-asalan saja. Memang siapa dia berani-beraninya fitnah aku? Emang udah pernah liat aku beneran jalan sama om-om apa? Dia nggak tahu sih kemarin aku tuh jalan-jalannya sama pakdhe Burhan, ayahnya mas Adi, sepupuku yang dari Solo. Dasar gila tuh orang!” umpat Nanda sembari mengunyah kue nastar, penuh dimulutnya.
“ Idih, kira-kira dong makannya Nan. Muncrat kemana-mana tahu!” ungkap Narla jengkel melihatnya.
“ Nah ketemu!!” teriak Sherra girang, “ aku tahu Nan, aku tahu kuncinya. Orang yang neror kamu dengan gossip-gossip itu Nan.” Sherra mengguncang-guncangkan tubuh Nanda.
Nanda jadi tersedak dibuatnya. Cepat-cepat ia turun dan mengambil air minum. Nanda dan Narla mengerubungi Sherra yang tengah kegirangan. Sepertinya analisis yang dilakukannya berhasil.
“ Nih!!” tunjuk Sherra pada sebuah tulisan dibukunya. Mereka tak mengerti.
“ Begini uraiannya : Terkadang masalah yang muncul pada diri kita diakibatkan dari kesalahan dan kecerobohan yang kita lakuka sebelumnya.” Ucap Sherra mengutip sebagian isi buku itu.
“ Maksudnya giamana Sher?” tanya Nanda bingung.
“ Maksudnya adalah mungkin sebelum masalah Nanda ini muncul, sebelumnya Nanda pernah berbuat kesalahan pada seseorang. Sehingga orang yang Nanda buat sakit hati itu membalasnya dengan cara yang hampir mirip dengan apa yang pernah Nanda lakukan padanya.” Urai Sherra panjang bak kereta api. “ Jadi intinya…??”
Semua berpikir dan mencerna maksud penjelasan Sherra tadi. Kening mereka berkerut, berpikir keras. Hingga akhirnya semua kompak menduga…
“ Slamet!!!”

Ingatan Nanda jauh menerawang keasal-muasal perkara. Mengaitkan masalahnya dengan masalah yang dulu. Tentang masalahnya dengan Slamet.
Nanda dan Slamet adalah pasangan dalam inti organisasi Pramuka di sekolahnya. Tepatnya pasangan dalam bidang keungan, bendahara.
Sejak semula sebenarnya Nanda sudah tak setuju dirinya dipasangkan dengan cowok tengil itu. Bagaimana tidak, Nanda mengenal Slamet sebagai pribadi yang nyeleneh. Dari gaya bicaranya, ucapanya, sikapnya dan pemikirannya. Semua merupakan hal yang sangat tidak disukai oalehnya. Namun apa mau dikata, seniornya telah menetapkan itu, keputusan yang tak dapat diganggu gugat lagi. Pasrahlah. Bodoh!!!
Dan lebih tak disangka lagi. Slamet yang telah dipercaya untuk memegang uang kas pramuka malah menyeleweng. Untunglah setelahnya Ananda yang mengurusi catatan keuangan dan juga memegang uang tersebut. Sehingga tak seluruhnya disalahgunakan.
Sejak menghilangnya Slamet, karna melarikan diri barangkali. Semua anggota, pengurus pramuka sudah bisa menilai sendiri bagaimana sikap Slamet sebagai bendahara yang tidak bertanggung jawab.
Memasuki kenaikkan kelas XII, dan juga re-organisasi. Nanda dibuat kesal dan marah sekali padanya. Tiba saatnya, seharusnya bendahara sudah membuat laporan pertanggungjawaban keuangannya. Baik itu pemasukan, pengeluaran, dan saldo terakhir. Nanda dibuat kebakaran jenggot karna uang yang dipegang oleh Slamet tak kunjung ia kembalikan. Berulang kali Nanda mendatangi dirinya ke kelas. Bayangkan, hampir setiap hari sewaktu istirahat Nanda “ Ngapel” kekelasnya.
Betapa malu sebenarnya Nanda pada situasi itu. Anak-anak lain yang tak mengetahui masalah itu mungkin akan mengira dirinya sedang ngejar-ngejar, mendekati atau apalah. Namun, hasil dari penagihan itu selalu saja nihil. Ada saja alasan Slamet untuk ngeles. Saking kesal, marah, dan malasnya Nanda padanya. Tak ada jalan lain selain melibatkan pembina untuk mengatasi problem itu. Dan kalau memang sudah tak mempan, jalan terakhir adalah melaporkannya pada kepala sekolah.
Tap… tap… tap….
Derap langkah kaki mendekati kelas itu. Nanda tergesa-gesa menuju kelas XII IPS 1. Setengah berlari ia sampai kedalam kelas, tak peduli entah berapa pasang mata melihat dirinya. Semua sudah hafal padanya dan tak tertarik pada masalahnya, sungguh ironis. Tak ada yang mau membantunya. Ia mencari-cari sosok cowok tengil itu. Slamet telah berjanji akan kekelas Nanda untuk menyetorkan uang kas yang dipegangnya. Tapi lagi-lagi dan terus begitu. Ditunggu tak datang-datang, akhirnya Nanda sendiri yang turun mencarinya.
Kali ini Nanda tak mau ambil pusing. Ia memanggil Slamet seperti dari jarak Anyer-Panarukan. Keras sekali.
“ SLAMEEEEETTT!!!” teriaknya membahana.
Semua anak di kelas itu menutup telinganya secara serempak dan otomatis. Takut jadi tuli.
“ Sini kamu!!”
“ Ada apa sih?? Kamu aja yang kesini. Males ah kesitu.” Jawab Slamet sekehendak hatinya. Dasar tengilnya minta ampun.
“ Enak aja. Sini kamu koruptor kelas teri!! Dasar pembohong amatiran!! Nggak punya otak ya?? Bisa jujur nggak sih? Make uang orang sembarangan!! Nggak bilang-bilang. Dan sekarang nggak mau ganti? Cepet ganti! Jangan ngeles dan alasan-alasan lagi!! Aku udah muak. Muak banget!!” pedas ucapan Nanda saat itu. Tak peduli.
“ Nan, kamu ngomong apa sih?” tanya Slamet heran dan juga ketakutan.
Brakkkkk…… brukkkkkk….
Meja didepan Nanda langsung digebraknya tanpa ampun. Seluruh siswa yang berada diwilayah panas itu mulai menyingkir. Atmosfir kelas kini berubah menjadi sangat panas. Bagai arena tinju atau juga arena padang pasir. Babak baru pertarungan sengit itu dimulai.
“ Jangan pura-pura bego!! Masih tanya padaku?? Hahhh… dasar munafik! Ternyata emang bener dugaanku kalau kamu udah menggelapkan uang kas pramuka yang kamu pegang. Sekarang kamu nggak bisa balikkin kan? Dasar korup. Nyadar dong kalau masih sekolah. Harusnya kamu tanggung konsekuensinya, kalau kamu berani make uang yang bukan hak kamu!!!” ucap Nanda asal, tanpa basa-basi memakinya.
“ Aku udah muak Met!! Hari ini juga aku laporin kamu ke pembina. Camkan itu baik-baik, urusa kamu sekarang sama pembina. P-E-M-B-I-N-A!!” kali ini Nanda menendang kaki meja didepannya.
Bukkkk….
Nanda pergi dengan tenangnya setelah puas memaki cowok tengil itu. Entah apa reaksi dan tanggapan-tanggapan dari teman-temannya setelah kejadian itu, Nanda tak peduli. Ia puas.
“ Awas kamu Nan!! Dasar cewek sok. Belagu. Awas kamu!!” ucap Slamet kesal, menahan amarah, takut, dan rasa malunya.
Kembali Nanda melayangkan tinjunya pada pintu kelas. Ia tak peduli dengan ancaman Slamet. Justru ia semakin kesal dan mangkel dibuatnya.
Brakkk….

Masalah terkadang muncul karena ulah kita sendiri. Kita takkan sadar pada setiap perkataan yang pernah terucap. Sebagian adalah cemoohan yang dapat menynggung perasaan seseorang. Meski sebenarnya niat kita hanya ingin menasehati, namun persepsi orang satu dengan lainnya berbeda. “ Mulutmu adalah Harimaumu.” Pepatah yang mengajarkan kepada kita bahwa menjaga ucapan itu sangatlah penting. Karena sekali kita berkata salah, maka akan menjadi senjata makan tuan yang membahayakan diri sendiri.
Mungkin saja, hal lain yang terjadi akan lebih fatal. Ucapan kita membuat sakit hati orang lain. Ujung-ujungnya, itulah akar dari dendam yang merasuki jiwa.
“ Bisa jadi Slamet ngelakuin hal itu karna dia sakit hati sama kamu Nan.” Ucap Narla menunjuk Nanda.
“ Dan dia balas dendam dengan cara mempermalukan kamu. Seperti yang kamu lakukan waktu itu padanya. Mempermalukan dia didepan umum.” Tambah Sherra berkomentar.
Nanda menggeleng masih belum setuju.
“ Nggak, nggak!! Dia pantes mendapatkan itu. Memang nyatanya dia korupsi kok. Lagian dia itu pengecut. Masa dia balas aku dengan cara menebar gossip dan fitnah segala? Dengan sembunyi-sembunyi pula. Apalagi namanya kalau bukan pengecut?!” bantah Nanda membela diri.
Mereka diam sejenak. Berpikir.
“ Iya, iya. Kamu emang nggak salah Nan, yang salah itu Cuma perbuatan kamu. Nggak seharusnya kamu menghakimi dia dan memaki-maki dia dihadapan teman-teman yang lain. Itu namanya kejam. Tidak manusiawi!!” kali ini Sherra yang mulai kesal dengan sikap Nanda yang tak mau mengalah. Sok dan belagu, seperti yang dikatakankan Slamet.
“ Nan, udah deh. Introspeksi aja. Tokh, kalau emang kamu bener, nggak akan berpengaruh terhadap apapun. Orang bisa menilai sendiri mana yang salah dan mana yang benar.” Narla angkat bicara, ucapan itu ada benarnya.
Lama Ananda merenung. Mencoba menyikapi pendapat dan saran dari teman-temannya.
“ Oke, aku ngaku salah. Besok aku minta maaf pada Slamet.” Ucap Nanda pelan.
Keesokkan harinya Ananda mengajak Slamet untuk berbaikkan dan menyelesaikan konflik yang selama ini membuat mereka menjadi musuh.
“ Met, aku nggak tahu kalau ucapan aku yang dulu udah buat kamu sakit hati. Tapi jujur, aku nggak bermaksud mempermalukan kamu waktu itu.” Ucap Nanda menyesal.
“ Aku juga nggak bermaksud merendahkan kamu kok. Aku Cuma ingin buat kamu sadar. Sebagai cewek kamu harus bisa menjaga ucapan kamu, jangan ceplas-ceplos melulu. Pikirin akibatnya.” Tutur Slamet bijak, tumben sekali sikapnya selembut itu. “ Oh iya, mengenai uang kas itu… sidah aku ganti, aku kasihin ke pembina.”
“ Syukurlah.” Jawab Nanda singkat.
“ Aku minta maaf.” Ucap mereka berdua bersamaan.
Hal terindah yang terbaik terucap dari mulut kita. Kata “maaf” akan mengubah segalanya. Bagai meniti jembatan dihati kita, pelan-pelan menyusurinya. Penuh kehati-hatian untuk mencapai keberanian itu dan mengakui bahwa saling memaafkan adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah.
Ananda dan slamet melakukan hal yang benar. Mereka bersahabat kembali dan membuang jauh-jauh egonya. Malah dengan kejadian itu, mereka menjadi lebih dewasa dan akrab.
Aksi kejar-kejaran antara mereka berdua masih sering terjadi, namun dengan suasana berbeda. Dengan canda dan tawa bahagia.tiba Nanda behenti mengejar Slamet, ketika dilihat ternyata Nanda jatuh karna, menabrak pintu kelas!
Gedubrakkkkkk……