Senin, 13 Juni 2011

cerita Jadul waktu sering keTilang :D

Because I Hate Your Job

Salah satu kebodohanku, membuat kesialan setiap aku pergi. Bukannya aku tak mau, namun aku memang belum sempat dan belum punya duit… please dech, kapan sih aku punya duit… huhuhu….
Kian hari, kian risih. Orang menyebalkan itu selalu datang mengganggu hari-hariku. Uuuhh … benar-benar membuatku muak… benar-benar sangat muak. Memang dia itu cakep, gagah lebih tepatnya dengan seragam kebanggaannya. Posturnya tinggi, dengan langkah tegap membanggakan dada bidangnya. Suaranya tegas dan lantang bila bicara, namun terkadang memang lembut sekali padaku, yah, padaku. Hihihi….
Aduh, Dea !! ngapain sih kamu muji-muji dia ?!
Ughh… aku sebel kalau lihat dia pakai seragam itu, apalagi kalau aku tahu dia mau ngadain Razia atau Operasi atau Penertiban atau apalah… garong berkedok tugas. Ah, payah memang seseorang yang terlibat menjadi oknum-oknum pemerintahan atau militer yang tak bertanggung jawab.

Aku mengenalnya ketika tak sengaja, waktu itu aku sedang main kerumah temanku, Nana. Aku memang sering mengantarkannya pulang, karena kebetulan masih satu arah dengan arah rumahku. Namun, kali ini Nana ngotot menyuruhku ikut masuk kedalam rumahnya. Tak seperti biasanya, setiap sampai depan rumahnya aku langsung tancap gas. Sungguh hari ini pasti ada yang Aneh bin Surprise !! eh … Ajaib ding.
“De, ayo masuk.” Nana menarik tanganku.
“ ngapain si? Udah ah gue pulang aja, biasanya juga gue langsung pulang.” Bantahku.
“ udah deh, ikut aja. Lo harus ketemu dia. Buruan !!” kini dia menarik tanganku lebih kuat.
“ iya… iya… bentar, kunci motor gue !!”
Akhirnya aku pasrah dan menuruti ajakannya. Sekali lagi, aku masih heran padanya. Dia bilang ketemu? Sama dia? Dia siapa? Ah, awas kalau aku dikenalin sama orang-orang aneh lagi. Seperti teman-temannya dulu. Ada yang kribo, brekele, botak, kurus ceking, gendut gembrot, de-el-el pokoknya lah.
“ assalamu’alaikum….” Sapa Nana.
“ wa’alaikumussalam….” Jawab seorang lelaki.
“ De, kenalin. Ini mas Danag. Om gue De.” Ucap Nana.
“ Om lo Na ??” tanyaku takjub, cause… sepertinya aku pernah melihatnya ketika sewaktu…,” polisi ya ??” aku ingat dia. Aku pernah melihatnya ketika itu….
“ kok, lo tau De ??” katanya pura-pura.
“ ya iyalah. Dia kan yang interogasi gue waktu ke-tilang dulu !!” umpatku dalam hati.
“ Hai, kamu Dea kan ? temannya Nana satu kelas kan ? salam kenal.” Ia menyodorkan tangannya padaku.
Aku terima jabatan tangannya. Sebenarnya aku malas, tapi kan nggak sopan juga bila harus menepisnya.

Ketika itu … pukul 10.30 wib.
Aku melaju, memacu motorku dengan kecepatan 80 km/jam. Laju yang lumayan cepat. Dibelakangku, kubonceng Astri. Hari ini kami akan main kerumah Vita.
“ Hallo, De ?!! lo sama Astri dimana ?” tanya Nana yang sudah sampai duluan.
“ ini Astri. Gue sama Dea lagi dijalan. Bentar lagi nyampe kok.” Jawab Astri yang memegang Hpku.
Perasaanku tak enak. Seperti akan terjadi sesuatu. 5 km perjalanan berlalu, aku dan Astri masih adem ayem dengan situasi. Namun tiba-tiba ….
Tepat didepan kami, segerombolan orang dengan orang berseragam menghentikan laju kendaraan orang yang melintas. Oh My God !! kami tak bisa berkutik. Kecepatan motor tak mungkin aku kurangi, dan tak bisa kubanting stir. Akhirnya aku pasrah pada sergapan mereka.
“ Selamat siang mba?!” katanya pura-pura ramah, uuh…
“ Selamat siang!!!” jawabku ketus.
“ Boleh lihat surat-suratnya??” pintanya.
Dasar… polisi ! lalu lintas ! sumpah, gue benci paling benci sama kejadian seperti ini. Kukeluarkan STNK dan kartu pelajarku.
“ SIM ?” tanya dia lagi,” belum punya ?? baik, kalau begitu STNK saya tahan dulu, motor boleh Anda bawa pulang. Besok hari kamis, silakan ikut sidang di Pengadilan.” Whaaatt… ??
Busyeeet Mak ??? yang bener aja !! gue nggak mungkin bilang sama Mama, gimana nih ?? sutralah… seperti biasa, cari amannya aja meski ini perbuatan yang salah.
“ aduh pak !! sidang ditempat aja dech ya ??”
“ lho kenapa ??!”
“ Abis gue nggak mungkin libatin Ortu gue lagi !! gara-gara ketilang lagi dan ketilang lagi !!” umpatku dalanm hati. Akhirnya aku memang melakukan sidang ditempat. Sebenernya aku nggak rela? Bener-bener nggak rela !! hiks… hiks… hiks…
“ nih, pak. 40 kan ?!! (40ribu)” kataku dengan wajah manyun tanda kurang ikhlas.
“ Terima kasih, silakan tanda tangan disini.” Menyodorkan kertas surat tilangku.” Terima kasih mba dan tolong secepatnya anda membuat SIM, sudah 17 tahun kan ? nah, daripada perjalanan terganggu seperti ini, kan enak kalau surat-suratnya sudah lengkap, tinggal jalan saja bila sudah punya SIM.” Ucapnya menasehati dengan senyum-senyum gimana gitu,.. uuughh.. muak !!
kulanjutkan perjalananku degan hati yang dongkol. Sepanjang jalan terus saja aku menggerutu dan mengumpat mereka semua.
“ Sialan !! dasar… gila tuh polisi !! sumpah As, gue bener-bener benci, sumpah mati gue benci amat sama mereka !!”
“ Iya iya, udah jangan kebanyakkan sumpah. Pamali !! bisa-bisa ntar malah sebaliknya De.”
“ Uuughhh,… sebaliknya gimana ?!! pokoknya sekali gue benci, selamanya gue bakalan benci !! dengerin, SELAMANYA, idih … amit-amit deh … jangan sampe gue punya pacar atau punya suami atau punya sodara polisi,… ogah banget.” Ujarku sebal, “ eh, soal duit tadi, kita bagi dua ya ? coz itu bukan duit gue, duit kelas.”
“ Iya iya… tapi besok ya?” jawab Astri.

Empat kali aku kena tilang !! yang pertama, dulu waktu aku SMP, sore hari gara-gara melanggar marka jalan dan nggak punya SIM. Sidang ditempat juga. Kedua dan ketiga waktu kelas ! SMA, dua kali berturut-turut dalam satu tahun itu.kedua, karena waktu itu memang aku sial, tanpa aku tahu sebelumnya aku melewati kantor POLSEK yang mengadakan operasi penertiban kendaraan bermotor. Ketiga, gara-gara aku nganterin temanku tapi bego! Dia nggak pake helm, dan sialnya ada polisi di pos jaga. Pelanggaran+ SIM. Dan yang terakhir, yang keempat seperti yang aku ceritakan sebelumnya.
“ Aduh… gue sial banget sih ??” teriakku didalam kamar.
“ kenapa sih, sering banget ketilang ??”
“ Gara-gara ngggak punya SIM. Kena terus !!” kapan dong gue punya SIM ??”

Satu Bulan Kemudian
“ De, gimana Om gue ?” tanya Nana membuyarkan lamunanku.
“ Gimana apanya maksud lo ?!!” tanyaku balik, tak mengerti.
“ Ah, jangan pura-pura dech ?!! gimana Om gue, lo suka nggak? Udah nembak lo belum? Lo jawab apa?” seperti laju kereta expres, berturut-turut pertanyaannya.
“ Idih, nanya satu-satu dong!! Emmmm… menurut gue om lo itu…,”
“ gimana ?? jadian aja sana. Gue rela dan ngrestuin kok.” Sambil senyum-senyum menggelikan, menyenggol pundakku.
“ heeeh… “ senyumku kecut.
“ Om lo itu, manusia paling nyebelin dan nggak banget dech, yang pernah aku kenal. Siapa namanya? Hah … Danang?? Gue benci dia, gue benci sama profesinya. Gue benci sama polisi. Dan sampai kapanpun juga, gue nggak akan pernah mau punya pacar seorang polisi. Lo denger? Nggak akan pernah mau!!! Termasuk om lo !! Ingat itu…!!”
Teriakku sekencang-kencangnya. Tak peduli ada banyak orang di kelas melihat tingkah anehku. Setelah puas memaki-maki Nana, lebih tepatnya Omnya Nana. Aku keluar meninggalkan kelas. Nana, yang kemudian diam tanpa kata, setelah mendengar makianku.kulihat ia kecewa. Aku sendiri tak mngerti, kenapa dia ingin menjodoh-jodohkan aku dengan Danang???
“ Yang bener aja Nana mau nyomblangin gue sama Omnya? Si Danang nyebelin itu !! dia pikir gue nggak laku apa?! Sampe harus dijodoh-jodohin segala sama dia. Awas aja, kalo sampe hari ini gue ketemu si Danang jelek itu disini. Gue bakalan tampar dia, gue tinju dia, gue bengkakin matanya, gue maki-maki dia sampe kupingnya budeg… budeg… budeg… aaakhhh…”
aku jatuh tersungkur, baru aku sadar bahwa hampir saja aku tertabrak motor yang ngebut sembarangan dijalan. Kulihat seseorang disampingku, mungkin dia yang menolonhku. Kalau saja tadi nggak ada dia, mungkin sekarang aku sudah KO-IT alias mati konyol.
Aduh … !!! tiba-tiba kurasakan tangan dan kakiku sakit sekali. Sepertinya karena menghantam aspal. Darah mengalir dari luka di tangan dan kaki, namun yang membuatku shock adalah dari kedua lubang hidungku mengalir cairan merah darah. Tiba-tiba aku pusing, kemudian tak sadarkan diri…

Benar-benar tak habis pikir nasibku ini? Hampir saja aku kehilangan nyawa dengan cara konyol, tiba-tiba diselamatkan oleh orang misterius yang tak kukenal, bahkan belum sempat kuucapkan terima kasih kepadanya. Sudah tiga hari aku dirumah sakit, lama-lama bosan hanya terbaring ditempat tidur.
Dan yang lebih sialnya lagi, selama 3 hari itu juga si Danang nyebelin itu bolak-balik datengin aku. Apakah dia memang care sama aku? Kasihan sama aku? Atau malah sengaja pengen lihat kondisi akuyang kayak gini, sehingga dengan bebas dia ngetawain ketidakberdayaanku ini.
Aduh !!! sumpah deh, gue benci banget sama dia, I Hate You banget deh, PUOoooL…
“ gimana De, kamu sudah merasa sehat sekarang?” ucap si jelek Danang, “ kata dokter, sore ini juga kamu sudah boleh pulang, aku bantu siap-siap ya??” tawarta.
“ Hah… nggak usah, ntar juga ortu gue dateng kok. Lagian yang bener aja dong! Lo kan cowok, mau bantuin gue gimana? Ngarep lo!!!” ucapku ketus.
“ maksud saya ya bantu ngangkatin barang-barang kamu.”
Syukur deh, Cuma mau bantuin ngangkatin barang. Gue kira mau ngangkat gue?? Hihihi…. Hush !!! apa-apaan sih lo De???
Aku salah tingkah membantah khayalanku itu. Biar tak kelihatan sal-ting, aku alihkan pandanganku.
“ Itu, lengan lo kenapa diperban gitu?” tanyaku menunjuk balutan perban di lengannya.
“ eh, oh ini… ini jatuh waktu saya latiahan Judo kemarin.” Ucapnya gugup.
“ Ooo…”
Selama dalam perjalanan, tak henti-hentinya dia mencuri pandang padaku. Lebih menyebalkan lagi, Danang kelihatan nggak ada canggung-canggungnya sama sekali terhadap orangtuaku. Bahkan terlihat sangat akrab. Entah rayuan apa yang ia lakukan, sehingga orangtuaku bisa takhluk padanya. Asal tahu saja, sebelumnya mama sangat selektif tentang kedekatanku dengan teman-teman cowokku. Tapi dia?? Laki-laki yang benar-benar aku benci???

“ Ma… ??? Mama !!” panggilku, tak ada yang menjawab.
“ semuanya kemana sih? Sepi amat.” Kuteguk air mineral dari kulkas, langsung dari botolnya,” glek…glek…glek…gleeekkk”
Kring, kring, kring !!!
Uuuh … siapa lagi yang telfon ??? kulangkahkan kakiku menuju sumber suara. Kuangkat gagang telfonnya.
“ Hallo?? Mau bicara dengan siapa??” sapaku halus.
“ Dea ya? Ini saya, Danang. Hai ??” ucapnya girang.haakh!! “ Dea, ada sesuatu yang ingin saya sampaikan…,”
“ Apa???”
“ De, sudah lama saya memperhatikanmu, peduli sama kamu, dan berusaha mendekatimu. Namun saya belum berani untuk jujur sama kamu. Tapi sungguh, jauh dari lubuk hati saya yang paling dalam, kamu sangat berarti bagi saya. Dengan segenap hatiku, dengarkanlah bahwa aku sangat menyayangimu Vidya Arum Purnamasari…”
“ I LOVE YOU “
What ??? this is really ???
“ Tnggal 24 Mei, hari sabtu besok, jam 8 malam, di taman, saya tunggu jawabanmu.”
Clark. Telfon sontak dimatikan.
I… i…lo…love…you??? Tak percaya dia berani mengucapkan kata-kata itu padaku. Padahal, sudah berulang kali, secara tidak langsung. Aku berkata bahwa aku membencinya, karena seragamnya, karena profesinya.

Hari sabtu, masih satu minggu lagi. Apa yang harus kulakukan dan kukatakan untuk menolaknya. Katanya dia akan menungguku?? Yang benar saja, bukankah pekerjaannya itu menyita waktu? Memangnya dia bebas berkeliaran apa? Aku yakin tak ada waktu, apalagi hanuya untuk menungguku. Sudahlah, kuputuskan aku takkan menemuinya.
Tak pernah sedikitpun aku membayangkan bahwa diriku akan dicintai aleh seorang polisi. POLISI !! ya ampun, aku pernah bersumpah bahkan, bahwa sampai kapanpun aku nggak dan nggak akan pernah jatuh cinta sama seorang polisi, Never !!!
Tapi, ini kemungkinan yang paling buruk. Kemungkinan bahwa aku termakan sumpahku sendiri. Sebuah misteri kehidupan, karma, atau kebalikan dari semua yang tidak kita inginkan. Pernahkah kamu mendapatkan sesuatu yang tak terduga sebelumnya ? sesuatu yang kamu inginka, tak dapat kamu peroleh, namun sebaliknya sesuatu yang sangat kamu benci dan tak pernah kamu mau sedikitpun, justru tiba-tiba datang menghampiri dan merangkulmu. Mungkin inilah yang tejadi padaku.
Aku lirik jam di pergelangan tanganku. Sabtu ini sudah pukul 10.30, aku habiskan waktuku di sekolah dengan melamun. Nanti malam, tak kurang dari 10 jam lagi. Aku harus menjawab sesuatu, yang aku sendiri tak tahu. Aku tak tahu perasaanku… sungguh tak tahu.
“ De, lo kenapa? Dari tadi pagi gue liatin, lo ngelamun terus. Ada masalah apa??” tanya Astri.
“ Lo mikirin Om gue kan De?!” cetus Nanasetengah kesal . aku hanya melengos.
“ Oh, mas Danang yang cakep itu ya? Aduh ganteng banget sih tu orang, ngangenin dech. Na, kapan lo kenalin ke gue ?!??!!” rengek Vita.
“ Apaan sih lo Vit? Mas Danang itu bentar lagi jadi pacarnyaaaa… De…aaa…apph”
kubekap mulut comelnya Nana. Kutarik tangannya, keluar kelas.
“ Yah De, mau kemana lo pada??” tanya Vita dan Astri kompak.
“ ke kantin, udah ya?”
“ gila lo ! ngapain ngomong kayak tadi, asal lo tau gue bukan pacarnya, dan mungkin nggak akan pernah mau gue pacaran sama dia. Ingat itu ! gue nggak suka sama Danang, lo tau sendiri kan gue benci banget sama….”
“ Polisi ?!!”
“ gue tau itu De. Tapi nggak seharusnya ego lo jadi penghalang cinta kalian. Dari sorot mata lo dan tingkah laku lo selama ini, gue tau sebenernya lo juga suka sama Mas Danang.”
“ Nggak.” Bantahku.
“ Iya !! lo nggak bisa bohongin gue lagi De. Gue temen lo, udah jelas semuanya. Udah seminggu ini lo sering ngelamun, gue tau kalo lo masih ragu sama perasaan lo sendiri. Makanya, sekarang lo harus yakinin perasaan lo itu. Cinta mas Danang sama lo itu tulus De, gue yakin lo bisa bahagia sama dia.”
“ Tapi Na, gue…”
“ Yakin De. Lo harus yakin. Nanti malam, jam 8 dia nunggu cinta lo.”
Aku terkesiap mendengar ucapan Nana. Seperti disadarkan dari kekeliruan. Pikiranku terlalu picik, egoku meguasai logikaku, sampai-sampai aku membihongi perasaanku sendiri. Maafkan aku Danang. Sungguh.
Langit mendung, awan gemawan tertutupi kabut tebal. Langit berubah menjadi hitam pekat, malam ini tak ada bintang, tak ada bulan. Hanya terang lampu-lampu rumah dan jalan yang menghiasi malam gelap gulita ini. Aku gundah dan gelisah, dan khawatir. Angin berhembus lebih kencang dari biasanya. Aku rasa, sebentar lagi akan hujan deras.
Benar saja. Sejak pukul 6 sore, hujan turun perlahan, lambat laun semakin deras dan tak henti-henti, tak kunjung reda. Kusibukkan diriku dengan membanca buku. Aku tak yakin, ditengah hujan deras begini Danang mau menungguku, konyol sekali.
Baru setengah halaman kubaca. Waktu menunjukan pukul 9 malam tepat. Namun hujan belum juga reda. Apakah dia menungguku? Ataukah sudah pergi? Entahlah! Kulanjutkan bacaanku, sampai tiba-tiba dering telfon berbunyi.
“ Hallo, De. Lo udah di rumah??” tanya Nana.
“ Dari tadi gue di rumah kok. Emang kenapa??”
“ apa??? Jadi…., ya ampun De. Lo gimana sih, lo harus tau. Tadi mas Danang telfon gue sebelum pergi. Mau nemuin lo katanya. Padahal waktu itu masih hujan deras. Dia nekad berangkat demi lo De. Jadi lo masih egois kayak gini De?!! Asal lo tau, yang nyelametin lo waktu ketabrak dulu, itu mas Danang. Pokoknya sekarang juga lo harus temuin dia. Sekarang !!!”
clark, telfon dibantingnya keras-keras.
Aku sendiri kaget. Jadi dia yang menyelamatkan aku waktu itu? Aku sendiri belum sempat ucapin terima kasih? Dan luka di lengannya, pasti karena dia berusaha menahan tubuhku agar tak terluka parah? Jahat banget aku ini. Hampir pukul 10 malam. Apa dia masih menungguku? Ya Tuhan… bodoh sekali aku !!!
Kuraih jaketku. Tak peduli diluar masih hujan, kuberlari secepat mungkin menyusulnya di taman. Baru beberapa langkah sesampainya di taman, suasana telah sepi. Tak kulihat seorangpun disana. Apakah ia telah pergi? Angin malam semakin berhembus kencang, menampar dan menusuk wajah dan tubuhku. Aku terkulai lemas ditempat ini. Sendirian. Dan hanya bisa menangis, seakan ada racun yang menggerogoti sisa-sisa tenagaku.
“ Bodoh !!!”
“ ia sudah pergi, meninggalkanku.”
Penyesalan menyelimuti diriku. Harusnya aku menyadari lebih awal perasaanku ini. Aku tak membencinya, sungguh. Hanya saja aku tak suka dengan profesinya. Aku trauma dengan profesi sebagai polisi.
“ Maafkan aku… maafkan…”
“ Ternyata, butuh waktu yang lama untuk mengakui perasaanmu padaku…”
Hujan tak mengguyurku, seperti dipayungi, dari arah belakang kulihat ia tersenyum padaku. Ternyata, dari tadi dia bersembunyi. Meskipun aku kesal bercampur malu. Aku senang dan lega bisa melihatnya disini. Di depanku, aku tahu, dia memang tulus padaku. Dan sedari tadi dia telah menunggu cintanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar