Senin, 13 Juni 2011

Terjun dalam Dunia Komunikasi-Nggak Cuma Karena Suka!!

Ingin belajar komunikasi? Nggak gampang, lho! Nggak cuma modal ngomong dan pintar nulis. Seorang mahasiswa komunikasi merupakan individu yang mempunyai kelebihan dalam memandang dan menjawab berbagai realita kehidupan. Baik yang berupa masalah-masalah sosial masyarakat hingga fenomena-fenomena alam yang melanda suatu negeri. Mereka harus bisa menguasai semua jenis ilmu selain dari ilmu komunikasi itu sendiri. Katakanlah seorang mahasiswa komunikasi harus mampu menguasai Sosiologi dan Psikologi, yang dalam hal ini keduanya merupakan satu kelompok ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. Maka komunikasi harus bisa menjembatani keduanya. Kebayang nggak sih, bagaimana bila mahasiswa komunikasi cuma bisa itu-itu saja? Padahal banyak sekali hal-hal diluar yang bisa dipelajari oleh komunikers (baca: mahasiswa komunikasi). Para dosen pun pasti berharap akan kecerdasan dan ketajaman otak mahasiswa dalam mengulas sebuah masalah atau menyajikan sebuah tulisan.
Nah, menjadi komunikers yang benar-benar menjawab tantangan tersebut nggak gampang. Harus diingat, jika kamu memilih menjadi mahasiswa komunikasi, jangan berharap akan menjadi mahasiswa yang bisa bersantai-santai ria, apalagi hanya adu gaya dan pamer penampilan. Menjadi komunikers merupakan langkah menuju cakrawala baru. Langkah untuk menciptakan perubahan. Jadi, komunikers akan membuat kamu kaya pengetahuan, pengalaman, dan pertemanan.
Nah, kalau kamu ingin menekuni dunia komunikasi, syaratnya:
1. Berani dan suka tantangan
Sekadar kamu tahu, seorang komunikers bukan orang yang pemalu dan minderan, juga bukan penakut dan manja. Mereka dituntut untuk independen dalam segala hal. Jadi, nggak bisa kita apatis dan cuek saja dalam menghadapi suatu masalah. Misalkan saja, kita menghadapi dua orang yang berseteru, komunikers dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan dua kubu yang berseteru tadi. Bagaimana caranya? Nah, itulah tantangannya.
2. Berani menghadapi risiko
Jelaslah, risiko apa pun harus dihadapi. Risiko bahwa ketika kita berbicara dicuekin oleh lawan bicara. Risiko tulisan yang kita buat tidak dibaca atau bahkan dibuang oleh pembacanya.
3. Punya kemampuan menggali sumber informasi/ skeptis
Komunikers nggak boleh cepat puas dengan apa yang dikatakan oleh dosen atau narasumber lain. Komunikers harus punya rasa ingin tahu yang besar. Skeptis, itulah cirri khas mahasiswa komunikasi. Tom Friedman dari New York Times mengatakan bahwa skeptis adalah tentang bertanya, meragukan, waspada, tidak mudah ditipu. Lain halnya dengan sikap sinis yang cenderung tidak percaya dan masa bodoh. Semakin kita skeptis, makin banyak pula pertanyaan yang dapat ditanyakan pada dosen atau narasumber.
4. Punya sensitivitas tinggi
Hal ini penting banget. Sebagai dasar komunikers untuk berbicara atau membuat tulisan. Sensitivitas kita juga mempengaruhi sejauh mana materi kuliah yang dipelajari. Banyak dosen yang hanya memberikan kuliah secara garis besarnya saja. Jangan cepat puas menganggap semua materi kuliah hanya pada penjelasan dosen. Carilah bahan kuliah lain untuk menguasai materi, mungkin dengan buku-buku referensi atau bahkan bertanya dan berdiskusi langsung dengan dosennya.
5. Punya minat komunikasi (menulis)
Nah, yang satu ini juga penting banget. Saat melihat kejadian apa pun yang menarik yang sesuai dengan yang diinginkan media. Maka keinginan komunikers untuk menyampaikan atau menuliskan kejadian tersebut sangat tinggi. Nggak Cuma itu. Seorang komunikers, meski sedang libur dan menikmati perjalanan menuju suatu tempat, pasti akan menulis jika menemukan sesuatu yang menarik. Jadi, nggak ada kata berhenti buat komunikers.
Disamping itu semua, yang terpenting adalah minat dan kecintaan pada komunikasi. Percuma kamu masuk jurusan komunikasi, dapat kelas favorit, bisa nulis, punya daya tahan tinggi, dan suka tantangan, kalau kamu nggak berminat menekuni dunia komunikasi. Kalau kamu masuk komunikasi cuma karena teman,kakak, atau orangtua, lebih baik urungkan niat itu. Apalagi ingin jadi komunikers cuma karena ingin dibilang keren.
Kalau sudah cinta, apa pun akan dilakukan dan bagaimanapun kondisinya akan diterima dengan lapang dada. Ibarat kita pacaran, apa pun akan dilakukan demi cinta ’kan? Kalu cinta, ke ujung dunia pun kita mau memburu informasi, apa pun risikonya.
Lalu, kalau tekad kita sudah bulat ingin terjun di dunia komunikasi, tentunya nggak mau dong jadi komunikers yang nggak cerdas dan peka alias nggak bisa ngapa-ngapain? Nah, kalau begitu mulai dari sekarang pikirkan kembali, atas dasar apa kamu masuk komunikasi? nggak cuma kerena suka kan? Lebih jauh dari itu jangan cuma mikir, tapi lakukanlah tindakan. Stop thinking, just doing!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar